Posted in AU, Friendship, G, Life, Vignette, [1st] Cheer Your Dream Up

[Cheer Your Dream Up] Circle Fate – Vignette

pagecover1

Circle Fate

Author : mintulli

Cast : Jungyeon, Mina, Jihyo (TWICE)

Genre : AU, friendship, slice of life

Rating : G

Length : Vignette (2500+ words)

Note : this fic based on true story and a lil bit imagination’s author

Happy reading

Summary :

Kala  lingkaran nasib akhirnya bertemu pada satu orbit yang sama, tak akan ada yang menyangka bahwa satu kejadian paling fantastis akhirnya terjadi

 

Semua orang punya impian. Tak kenal tua-muda, impian yang besar atau hanya keinginan kecil, tentu yang mereka mau impian itu bisa terwujud. Berawal dari benak mereka yang menyimpan sejuta mimpi, mereka mulai membuat jalan cerita sendiri. Tentang bagaimana mereka akan berusaha, berjuang, juga berkorban. Berharap bahwa semua nya akan terkendali sesuai keinginan, tanpa ada rasa sakit. Yang di akhirnya nanti, mereka akan menikmati manisnya impian itu tergapai.

Seperti itu. Hanya ada kebahagiaan di benak dan angan mereka jikalau impian  itu benar disampaikan untuk mereka. Tidak memikirkan bagaimana buruknya, atau bersiap diri apabila jatuh nanti. Yang senang-senang saja-lah.

 

Terkadang, manusia tak pernah tahu bagaimana Tuhan telah mempersiapkan skenario indah atas mimpi-mimpi yang sudah mereka rajut selama bertahun-tahun. Bukan impian itu nantinya tak tercapai, bukan!

 

Tapi akan ada sesuatu yang fantastis dibalik impian yang belum tercapai berdasar skenario yang sudah disiapkan itu.

Jika kalian masih belum mengerti, aku bisa ceritakan satu kisah. Dimana dalam satu kejadian, ada tiga lingkaran nasib yang berputar.

 

Sebut saja ada tiga orang gadis. Mereka lahir pada tahun yang sama. Menuntut ilmu di sekolah yang sama. Berada di kelas yang sama. Oh! Bahkan mereka berteman baik. Seputar impian, tentulah mereka memiliki keinginan yang tak serupa. Mereka sama-sama berjuang, sama-sama berusaha, tapi garis takdir mereka dituliskan berbeda. Setiap dari mereka, memiliki klimaks cerita yang menarik.

 

Gadis pertama bernama Jungyeon. Badan tinggi, wajah rupawan, dermawan, ramah, kesayangan para guru, menjadi role mode  hampir semua teman-teman se-angkatannya.

Ia punya impian, ingin menjadi seorang pramugari. Bukan karena bayaran yang menjulang, atau karena provisi itu sedang menjadi tren. Jungyeon memiliki hati yang mulia. Ia ingin mewujudkan cita-cita ibu terkasihnya disamping jiwanya terpanggil untuk menjadi bidadari yang menenangkan banyak penumpang di awak pesawat nanti.

Perlu digaris bawahi, Jungyeon tidaklah se-cerdas kedua teman baiknya. Semua nilai rapornya dari sekolah dasar, sampai sekolah menengah atas standar sekali. Jungyeon pernah merasa marah karena banyak orang yang meremehkannya, waktu itu. Jika kalian bertanya bagaimana ia menjadi kesayangan guru dan role mode teman-temannya? Itu karena Jungyeon sendiri. Begitu gigihnya dia bersekolah, mendapat nilai terbaik dengan mati-mati an belajar.

Tak ada kata lelah dalam prinsip hidupnya demi menggapai semua impian itu. Ia relakan semua olokan bahkan cacian. Jungyeon terima dengan hati yang ikhlas. Juga setiap malam, ia tak lupa berdoa pada Tuhan agar keberuntungan berpihak padanya.

Tak lama, ketika Jungyeon lulus sekolah menengah atas dengan nilai yang berhasil membuat bulir bening di pelupuk maniknya sempurna jatuh, ia diterima di salah satu sekolah penerbangan yang terkenal di kota itu. Mimpi Jungyeon menjadi seorang pramugari pun tinggal satu langkah saja.

Perjuangannya belajar tanpa kenal lelah, bersemangat di setiap harinya, selalu ikhlas ketika rungunya menangkap kata-kata yang cukuplah membuat dada Jungyeon sesak, juga doa yang ia lantunkan setiap malamnya, terbayar sudah. Nasib baik berbalik pada Jungyeon.

Semua guru yang mendengar pun membanggakannya, menjadikannya siswa yang paling disayang. Hal serupa pun terjadi pada teman-temannya. Selalu menyanjung bahkan berpura-pura kenal dengan Jungyeon karena merasa ikut bangga.

 

“Jungyeon? Aku adalah gurunya! Aku yang mendidiknya.”

“Sungguh, aku bangga sekali pada siswi itu.”

“Ya Tuhan, tak kusangka dia berhasil. Sebentar lagi dia akan menjadi pramugari cantik.”

 

“Oh! Jungyeon teman yang baik. Ia pantas mendapatkan keberhasilan itu.”

“Jungyeon itu teman kelasku, dia hebat sekali.”

“Wah, harusnya aku bisa lebih dekat dengan si calon pramugari itu ya?”

 

Perjalanan Jungyeon bisa dikatakan mulus. Meski terlihat berat diawal, tapi bukankah itu adil untuknya? Cacian dibalas pujian. Olokan dibalas sanjungan. Mimpi yang semula terlihat semu, sekarang sudah memiliki garis-garis yang tinggal dihubungkan. Setelah ini semuanya akan jelas, dan mimpinya akan terwujud.

Betapa ibunya menyayangi Jungyeon dengan juntaian kata cinta yang tak terputus setiap detiknya. Ibunya tentu sangat bangga pada Jungyeon. Mimpi mulia Jungyeon juga mimpi ibunya tak akan jadi cerita semata.

Skenario yang lazim memang. Berawal dari susah, dan memiliki akhir yang senang. Karena tak semua orang menerima peran yang begitu mudah, bolehlah bagian ini dianggap menjadi cerita yang menarik.

 

Tapi belum sampai disitu. Ada gadis lain lagi yang memiliki skenario tak kalah menarik.

 

Gadis ini teman baik Jungyeon. Panggil saja dia Mina. Sedikit berbeda dengan Jungyeon, Mina ini gadis yang tak banyak bicara, murah senyum, otak nya pun cemerlang, dan juga dari keluarga berada.

Mina selalu baik pada Jungyeon. Siapapun dia, jika berani berbicara buruk tentang Jungyeon, Mina tak segan-segan menghakiminya di depan khalayak ramai. Mina selalu membela hal yang benar, tak peduli pada siapa dia akan berhadapan nantinya.

Ia punya impian, ingin menjadi designer handal. Karena Mina suka sekali membuat design sendiri untuk hari ulang tahunnya. Atau design kostum pesta sekolah yang menarik, atau lagi design baju anak-anak yang tak akan habis dimakan zaman. Takdir telah menggariskannya memiliki kemampuan dalam membuat busana yang apik dan menawan.

Jadilah Mina mencari sekolah yang pas untuknya. Ia terus mencari, juga tak lelah mengasah kemampuannya dalam bidang me –design busana. Sampai akhirnya ia mendapat kabar tentang sekolah tinggi yang nanti menghantarkan impiannya menjadi nyata.

Mina akan sekolah di Paris. Pilihan yang tinggi, tapi juga baik. Kota itu tentulah akan menciptakan para perancang busana handal yang diakui di penjuru dunia. Dimana semua orang akan membicarakannya. Semua orang akan memujinya. Tak lupa, uang akan mengalir deras karena penghasilan yang dicapainya tentu besar. Betapa bahagianya Mina membayangkan itu semua. Impian yang sangat berkelas.

Begitu hari itu tiba, yang mana hari itu Mina harus lulus dalam tes masuk sekolah tinggi di Paris,

ia gagal.

 

Mina tak lolos masuk sekolah yang diidamkannya. Padahal Mina sudah berusaha keras, sudah menyelesaikan semua tes yang bisa dikatakan sempurna, kemampuan menggambarnya pun bukan isapan jempol belaka.

Bahkan teman-temannya berani memaki hasil tes yang mengatakan bahwa Mina tidak lolos. Bagaimana mungkin? Seorang Mina yang terkenal dengan skill hebatnya, dimana dengan kadar 0,001% kemungkinan ia gagal,

Nyatanya, itu terbalik.

Jika mencari kesalahan Mina, sebenarnya tak ada. Diluar kemampuannya, Mina tergolong orang yang baik. Tak pernah sombong atau berbuat hal jahat. Orang tuanya pun merestui semua mimpi Mina. Sedetik pun Mina tak pernah tak meminta restu jika akan memulai sesuatu.

 

“Cobalah sekali lagi ‘nak. Tetaplah berjuang, ibu dan ayah tak akan pernah berhenti mendoakan yang terbaik untukmu.”

 

Begitu ia mendengar itu, semangat Mina membara lagi. Tahun berikutnya, ia kembali berjuang untuk mengikuti tes masuk di sekolah tinggi yang sama, di Paris. Tak sama seperti tahun kemarin, Mina memiliki banyak perubahan. Sebelum ia benar-benar memantapkan hati untuk memutuskan kembali ujian di sekolah yang sama, Mina terus belajar. Ia kembangkan semua kemampuan dan passion nya. Bahkan seribu kali lipat ia yakin, bahwa kali ini ia akan lolos.

Sekali lagi, takdir menggariskannya untuk tak diterima di sekolah tinggi Paris. Mina tentu merasa sedih. Ia merasa hancur dan benar-benar gagal atas semua usaha dan pengorbanan yang ia keluarkan demi impiannya, menjadi designer yang masyhur.

 

Kembali Mina mengingat-ingat apa yang salah dengan dirinya. Tapi sungguh, ia tak pantas untuk menerima ke-gagal an yang kedua kalinya.

 

Sampai suatu malam ia sadar.

 

Ia merasa ada satu kebaikan yang belum dilakukannya yang mana Mina pikir, mungkin itu bisa jadi sesuatu yang membuatnya gagal dalam meraih mimpi.

Lantas malam itu, ketika semua orang tertidur pulas. Lalu angin malam yang dingin berhembus seakan mendengar doanya, Mina memejamkan mata dan mengucap satu doa yang sederhana.

 

“Aku ingin menjadi orang yang sukses.”

 

Setelah semua itu, Mina kembali berjuang. Sekali lagi dia percaya bahwa mimpinya akan terwujud. Juga dengan doa malam itu, Mina merasa bahwa Tuhan akan menempatkannya disana, di sekolah yang begitu Mina inginkan.

Tiga kali mencoba.

 

Dan tiga kali pula Mina gagal.

 

Untuk yang ini, Mina tak bersedih. Ada perasaan kecewa memang, tapi benaknya berputar dan lima kali bekerja lebih cepat untuk melapangkan hatinya. Mungkin, bukan disitu Mina akan berhasil. Mungkin di tempat lain.

 

Lantas di tahun yang sama, Mina mencoba memberanikan diri untuk pergi bersekolah di penerbangan, tempat yang sama dengan Jungyeon –teman baiknya. Bukan karena Jungyeon ada disana. Tapi Mina sempat mengingat bagaimana dulu dia bercita-cita ingin bisa terbang. Mina selalu menulis keinginannya di buku untuk bisa terbang selayaknya burung camar, atau kupu-kupu yang cantik.

Mina ternyata juga selalu menjawab bahwa ia ingin bisa terbang ketika gurunya menanyakan tentang apa cita-citanya semasa kecil.

 

Jadi dengan rasa yang tidak sepenuhnya yakin karena itu bukan kemauannya saat itu, Mina mencoba masuk ke sana. Mengikuti serangkaian ujian untuk bisa diterima di sekolah penerbangan.

 

Sungguh mengejutkan!

 

Mina mendapat nilai terbaik dalam ujian, dan tentu saja ia lolos di sekolah penerbangan.

 

Mulai hari itu dia mengingat tentang doa yang sempat disuakan nya. Ia ingin menjadi orang yang sukses. Mungkin kesuksesannya berawal dari mimpi masa kecilnya yang terdengar mustahil.

Tapi Mina sudah merubah impiannya. Ia akan sukses menjadi seorang pramugari kelak.

Jika ditanya bagaimana perasaan Mina? Ia ingin sekali menangis tentu saja. Selama ia hidup, sama sekali ia tak menyangka bahwa keinginannya semasa kecil ternyata suatu hal yang justru membawanya pada kebahagiaan.

 

Perjalanan yang panjang, bukan? Penuh jerih payah usaha dan tak luput dari semangat. Begitulah. Skenario yang indah. Sebab Mina ataupun siapa saja tidak tahu bahwa balasan untuk semua kerja kerasnya dibayar dengan sesuatu yang lebih berkelas.

 

Satu lagi, tentang teman baik Jungyeon dan Mina. Dialah Jihyo.

 

Gadis periang, penuh semangat, penyayang, dikenal baik oleh guru dan teman-temannya, aktivis sekolah, tak lupa juga otak yang cerdas. Jika Mina adalah orang yang selalu membela suatu hal yang benar, maka Jihyo adalah malaikat bagi teman baiknya ini.

Begitu baik dan tulusnya seorang Jihyo hingga dia selalu berada di dekat Jungyeon ketika temannya itu dalam masa susah. Tak pernah lupa untuk memberi semangat pada Mina yang saat itu gagal dalam ujian yang dilakoninya. Seperti itulah Jihyo, gadis baik yang kebaikannya mungkin tak ada orang yang bisa membalas barang dengan harta sekalipun.

Jihyo juga punya impian.  Impian Jihyo tak muluk-muluk. Gadis beriris besar ini ingin menjadi seorang guru. Tapi tak semudah itu ia langsung melamar menjadi guru pengganti yang ilmunya masih ala kadarnya. Jihyo sungguh ingin menjadi guru yang dengan didikannya, semua siswanya nanti bisa menjadi pemimpin yang tak hanya berilmu tapi juga bermoral.

Dari situ, Jihyo memantapkan hatinya untuk mencari sekolah tinggi yang cetakannya akan menjadi guru yang baik. Ikutlah Jihyo pada tes seleksi. Otak Jihyo jenius benar. Tanpa belajarpun, Jihyo memang sudah diberi keahlian untuk menjadi gadis yang cerdas. Semua persoalan dijawabnya tanpa ada kata sulit. Mudah saja.

 

Tapi Jihyo memiliki jalan cerita yang lebih memilukan.

 

Dalam tes pertama, keberuntungan tak memihaknya.

Tes kedua, lagi-lagi tak lolos.

Tes ketiga, masih sama. Jihyo tetaplah berupaya agar bisa mencapai apa yang diinginkan.

 

Hingga tes keempat dan kelima, takdir tak mengatakan bahwa Jihyo ada disana.

 

Putus asa? Ya.

Sedih? Ya.

Kecewa? Tentu saja.

Jihyo masihlah manusia. Hal yang wajar, bukan?

 

Sungguh, ujian hidup Jihyo lebih bermakna dari apa yang sudah dilaluinya. Gadis itu tak pernah berlarut-larut. Tak pernah merasa gagal atau kalah. Tak pernah Jihyo untuk lalai berdoa tentang impiannya. Ia tahu, bahwa ini semua belumlah apa-apa. Jihyo yakin ada jalan lain untuk membuat impiannya menjadi sesuatu yang membuatnya bangga atas dirinya pun keluarganya.

Disamping tetap berusaha demi satu impian, Jihyo dipertemukan dengan satu takdir dimana itu bagian dari skenario yang mencengangkan.

 

Kala itu, Jihyo hendak pergi bertemu dengan neneknya di luar negeri. Sembari menunggu ujian tahun depan, Jihyo memilih berguru dengan neneknya. Nenenknya pun merindukan cucu kebanggaannya itu, juga ingin bercerita banyak pada Jihyo tentang pengalaman hidup. Pergilah Jihyo ke Bandara dengan membawa perlengkapan seadanya.

Selama menunggu jam penerbangan, Jihyo disuguhkan dengan satu pemandangan yang cukup menarik atensi nya. Jihyo melihat ada gadis kecil, mungkin berumur tiga tahun tengah duduk sendirian. Kanan maupun kirinya tak ada siapapun. Cukuplah Jihyo mengawasi gadis kecil itu dengan alasan pertama, dia tanpa pengawasan orang tua.

Lalu, gadis kecil itu terlihat membuka kotak makannya. Awalnya ia kesusahan, tapi dengan sekuat tenaga tutup kotak itu sempurna terbuka. Diluar bayangan Jihyo, gadis kecil itu makan dengan lahap yang buruknya tanpa menggunakan alat makan seperti sendok atau sumpit. Ia masukan makanan dalam kotak itu dengan tangannya, bahkan keduanya secara bergantian. Hingga tak sengaja, si gadis kecil itu membuat beberapa makanannya tumpah di lantai.

 

Segera, Jihyo berlari mendekati si gadis kecil yang jaraknya hanya beberapa meter dari jarak pandang manik besarnya. Dibersihkannya makanan yang tumpah itu, lalu diajarkannya si gadis kecil untuk makan dengan sendok yang sudah disiapkan di balik tutup kotak makan.

Hati-hati sekali Jihyo mengajarkan si gadis kecil untuk memegang alat makan itu di tangan kanannya, mengambil makanan, lantas memasukkan makanan ke dalam mulutnya dengan sempurna.

“Ya, seperti itu! Kau pintar sekali. “ Tukas Jihyo seraya mengelus pelan puncak kepala si gadis kecil.

Gadis kecil itu tersenyum saja, dan kembali melakukan hal yang sama dengan perlahan.

Jihyo sempat mengalihkan pandangan ke penjuru Bandara. Barangkali ia melihat ibu atau ayah dari si anak yang sempat mengawasinya dari jauh. Tapi Jihyo tak menemukan siapapun.

“Pergi kemana ayah dan ibumu?”

Gadis kecil itu diam saja. Seperti tak memedulikan presensi Jihyo dihadapannya, sebab terlalu asik menyantap makan siangnya.

 

“Ayah dan ibunya sedang bekerja, aku disini menjaganya.”

Sebuah suara berat menginterupsi.  Tepat dibelakang Jihyo berdiri seorang pemuda tampan nan gagah, yang berpakaian resmi layaknya orang dalam dari Bandara.

“Oh, kau. Maaf, tapi seharusnya kau menjaga gadis kecil ini. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya.”

“Aku akan lebih berhati-hati.”

 

Takdir itu mempertemukan Jihyo dengan seorang pemuda tampan yang ternyata dia adalah kakak dari si gadis kecil. Lantas hal yang paling membuat siapa saja akan menganga adalah ketika mengetahui bahwa pemuda itu adalah Pilot awak pesawat dari satu instansi penerbangan yang mana dengan pertemuan singkatnya dengan Jihyo, ia jatuh hati padanya.

Pemuda itu jatuh hati dengan cara Jihyo berinteraksi dengan adiknya. Bagaimana Jihyo membuat sang adik akhirnya menjadi lebih mandiri hanya karena pertolongan Jihyo tentang adab makan yang benar.

Begitu pula Jihyo.

Siapa yang tak berdebar seribu kali setiap bertemu dengan si Pemuda? Pasalnya, pemuda itu bersungguh-sungguh dengan Jihyo. Tak hanya tampan, tapi dewasa dan mapan.

Singkat cerita, berakhirlah Jihyo mengikat janji suci dengan sang Pemuda yang menjadi pilot pesawat, lantas mengangkat Jihyo sebagai Kepala Pramugari di awak pesawat penerbangan yang dinaungi keluarga dari si pemuda.

 

Skenario yang luar biasa indah. Jihyo tak menyangka, ketika dia tak pernah dipertemukan dengan impiannya menjadi seorang guru, nyatanya ada jalan lain yang lebih baik untuk dirinya dan orang lain. Jihyo begitu terharu dengan perjalanan hidupnya.

Itulah buah dari kesabaran dan keikhlasn hati seorang Jihyo ketika impiannya terlepas, lantas ada sesuatu yang lebih istimewa yang tak semua orang bisa mendapatkan.

 

Tunggu sebentar.

 

Kisah ini belum berakhir.

 

Kala  lingkaran nasib akhirnya bertemu pada satu orbit yang sama, tak akan ada yang menyangka bahwa satu kejadian paling fantastis akhirnya terjadi. Klimaks yang ditunggu-tunggu.

Seputar Jungyeon dan Mina yang masih bersekolah. Mereka akhirnya lulus, dan tentu saja menjadi Pramugari yang sama hebatnya dengan para senior mereka. bermula dari situ, satu cerita kembali dimulai.

Mina dan Jungyeon yang sudah tak saling bersua dengan Jihyo selama bertahun-tahun, putus kontak, seakan-akan mustahil untuk kembali bertemu, akan mendapat hadiah yang seumur hidup, tak akan pernah pudar di memori otak mereka.

Pagi ini, Mina dan Jungyeon mulai bekerja menjadi Pramugari dan akan mendapat arahan dari sang kepala. Bayangkan, betapa terkejutnya Mina dan Jungyeon melihat siapa gadis yang berhasil mencuri perhatian sang pilot dan menjadi Kepala Pramugari disana.

Dua karib itu akhirnya dipertemukan lagi dengan Jihyo, si baik hati yang selalu menjadi malaikat kedua temannya dengan cara yang sungguh lebih cantik dari apapun di dunia ini.

 

Mengharukan.

Sampai setiap orang yang mendengar ini akan mengamini tentang cerita kebahagiaan ketiganya.

Juga bagaimana impian mereka terwujud dengan cara yang fantastis.

 

Mengejar impian itu penting.

Berjuang sampai merelakan banyak hal.

Tak peduli seberapa berat tantangannya.

Tak menyerah berapa kali pun terjatuh.

Terdengar berat, lantas bisa tersenyum diakhir.

 

Tapi ingat!

Ketika impian itu belum terwujud, dan selama lingkaran nasib terus berputar…

Mungkin ada skenario indah yang sudah disiapkan untuk cerita luar biasa yang baru.

 

-end-

 

Author:

20-10-2015 | Welcome and thank you for visiting Twice Fanfiction Indonesia. This blog dedicated to JYP's new girlgroup Twice, and shared all imagine about them from awesome writers using Bahasa. Please enjoy and give us some love ^^

Onces, beep beep boop~